Jumat, 29 November 2013

BUDAYA DAN PERKEMBANGAN EMOSI

ARTIKEL - BIDANG SOSIAL BUDAYA DAN PERKEMBANGAN EMOSI Suatu masalah yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bahwa orang mengartikannya secara berlain-lainan atau berbeda, yang mempersulit untuk mengetahui maknanya secara pasti atau benar. Dapat dinyatakan, bahwa konseling lintas budaya telah diartikan secara beragam dan berbeda-beda; sebagaimana keragaman dan perbedaan budaya yang memberi artinya. Menurut Kroeber dan kluchohn lebih dari 50 tahun lalu berupaya untuk memetahkan kebihnekaan pengertian budaya. Menurut mereka ada 6 pemahaman pokok mengenai budaya yaitu : 1. Definisi deskriptif : cenderung melihat budaya sebagai totalitas kompherensif yang menyusun keseluruhan hidup sossial sekaligus menunjukan sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya 2. Definisi historis : cenderung melihat budaya sebagai warisan yang di alih-turunkan dari generasi satu kegenerasi berikutnya. 3. Definisi normatif : bisa mengambil 2 bentuk, yang pertama budaya adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang kongkrit. Yang kedua menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku. 4. Definisi psikologis : cenderung memberi tekanan pada peran budaya sebagai piranti pemecahan masalah membuat orang bisa berkomunikasi, belajar, atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya 5. Defifisi structural : mau menentukan pada hubungan atau keterkaitan antara aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abtraksi yang berbeda dari perilaku kongkrit 6. Definisi genetis : definisi budaya yang melihat asal usul bagaimana budaya itu bisa eksis dan tetap bertahan. Perkembangan emosi Menurut piaget ( dalam wadswoorth, 1984:51 ) perkembangan efek selama tahap operasi formal sama hal nya dengan perkembangan kongnitif dan struktur intrelektual.selama masa remaja perkembangan efektif yang berpengaruh terhadap emosi remeja ditandai denghan dua faktor utama, yaitu (a).perkembangan idealisme, (b).perkembangan kepribadian. Perkembangan operasi formal memfasislitasi kemampuan berfikir verbal sehingga remaja tidak hanya mampu memikirkan hal-hal konkrit, tetapi ia juga mampu berpikir hipotetis berdasar situasi ril. Jadi, kalau di motivasi, anak mampu berpikir logis sebagaimana halnya orang dewasa. instrumen evaluasi argumen intelektual di bentuk untuk berfungsi sepenuhnya .remaja kurang epresiasi terhadap aturan-aturan vormal ,namun mampu menerapkan kriteria logis dalam mengevaluasi penelaran trentang pristiwa-peristiwa kehidupan. Denmgan perkataan lain, remaja lebih tertarik kepada masalah-masalah yang sifatnya lebih logis. Selama perkembangan operasional formal, remaja semakin menyadari keadaan diri dari orang lain. Hal ini mendorong berkembangnya perasaan-perasaan efektif terhadap orang lain, termasuk pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistik lainnya.menurut piaget, diri ( the self ) menjadi inti kepribadian yang perkembangannya dimulai sejak tahun-tahun pertama kehidupan. konsep diri ( self concept ) saling berhubungan dengan aspek-aspek kepribadian lainnya,termasuk perkembang efektif. Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif.aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. Keseimbangan diantara ketiga ranah psikologis sangat dibutuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus yang dihadapinya. Pada masa remaja, ekspresi emosi yang tampak kadang-kadang tidak menggambarkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalny orng yang marah belum tentu mengamuk atau bersifat agresif, tapi justru kebalikannya, diam seribu bahasa. Perasan khuatir biasanya muncul karena imaginasi remaja yang brhubungn dengan orang lain, barang, atau situasi. Misalnya, bagaimana kalau mendapatkan tugas berpidato untuk pertam kali, apa yang harus di lakukan selanjutnya cemas mengandung perasaan takut, sebagaimana halnya dengan emosi khuatir. Emosi jengkel berkaitan dengan emosi marah dan perasan yang tidak menyenangkan. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri cederung rasa jengkel. Tidak jarang remaja yang merasa jengkel melampiaskan emosinya dengan tindakan agresif. Selanjutnya emosi cemburu dapat muncul jika remaja merasa tidak aman atau takuk kehilangan efeksi atau status yang di milikinya. Cemburu muncul dan meningkat biasanya, karena faktor luar. Emosi cemburu mirip dengan iri, hanya saja emosi iri cenderung bersangkutan denagan materi. Kadang-kadang rasa iri mendorng remaja untuk bertindak negatif. Dikutip Dari: Sutrisno,Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yokyakarta: Kanisius. Supriatna. 2011. Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Sumber:

0 komentar :

Posting Komentar