Jumat, 06 September 2013

Perantau Jadi Solusi Masalah Pengangguran di Klaten
 0
 
 11
KLATEN, suaramerdeka.com - Sedikitnya ada tiga kecamatan di Klaten yang penduduknya banyak menjadi perantau atau kaum boro, yakni Kecamatan Bayat, Cawas dan Trucuk. Mereka mencari nafkah di sejumlah kota-kota besar di Jawa dan luar Jawa.
''Menjadi boro dengan mencari nafkah di luar kota atau luar pulau menjadi solusi masalah kurangnya lowongan pekerjaan di Klaten. Justru dengan berwiraswasta, hasil yang didapat jauh lebih besar daripada menjadi buruh pabrik,'' kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Klaten, Slamet Widodo, Senin (12/8).
Untuk warga Bayat dan Cawas kebanyakan boro ke kota-kota besar di Jawa dengan menjadi penjual warung angkringan atau yang dikenal dengan warung hik. Mereka akan berjualan malam selama dua pekan, kemudian kembali ke kampung untuk libur selama dua pekan. Jadi satu warung dikelola bergantian.
Beda lagi dengan kaum boro dari Trucuk, kebanyakan mereka mencukupi kebutuhan hidup dengan berjualan es krim dan jamu gendong. Lokasi yang dipilih juga lebih juga lebih jauh, yakni ke Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Kalau pulang mereka membangun rumah di kampung.
Namun tak semua merantau untuk berwiraswasta, banyak pula yang mengadu nasib di kota besar untuk bekerja di pabrik-pabrik atau berbagai perusahaan. Meski sebenarnya banyak lowongan pekerjaan di sejumlah perusahaan di Klaten, namun upah minimum kabupaten (UMK) di kota besar jauh lebih banyak.
''Banyak perusahaan di Klaten yang masih membuak lowongan, namun UMK Klaten besarnya hanya Rp 871.000, sedangkan di Jakarta mencapai Rp 2,2 juta. Jadi wajar kalau mereka memilih bekerja di Jakarta, tak heran kalau jumlah perantau terus meningkat setiap tahun,'' tegas Slamet.

1 komentar :

VJ Fatall mengatakan...

Solusinya lumayan okehh dahh. .

Posting Komentar